Serunya Kunjungan Industri 2018 : Pabrik Yamaha Music Manufacturing Asia (YMMA)

Kunjungan dilanjutkan di hari kedua, pada tanggal 23 Januari 2018 di pabrik Yamaha Music Manufacturing Asia (YMMA). Dalam kunjungan ini kami diantar ke dalam ruangan seminar dan diskusi dimana pada tahap awal disuguhkan mengenai gambaran profil perusahaan kemudian dilanjutkan dengan berkeliling pabrik untuk melihat proses produksi secara langsung.

Pada tahap pengenalan perusahaan, dibahas mengenai beberapa hal diantaranya produk yang dihasilkan oleh pabrik ini adalah alat musik elektrik (piano, drum, gitar) dan mixer. Pabrik Yamaha tersebar di 5 kota yakni 2 di Pulo Gadung, 2 di Pasuruan, dan 1 di Bekasi. Kemudian pendiri Yamaha adalah Bapak Yamaha Torakusu pada Perang Dunia II yang berawal dari hobi memperbaiki organ kemudian berkembang menjadi pabrik alat musik di Jepang dan hingga saat ini telah melebarkan sayap ke beberapa negara termasuk Indonesia. Dijelaskan pula mengenai perbedaan dasar lambang Yamaha Music dan Yamaha Motor berupa perbedaan warna dimana yamaha music berwarna ungu sedangkan yamaha motor berwarna merah. Kemudian lambang pada yamaha music berupa garpu tala dimana semua ujungnya berada di dalam lingkaran dan huruf M pada tulisan YAMAHA sedikit menggantung.

 

Pabrik ini memiliki areal seluas 12 ha dengan 4000 karyawan yang dibagi menjadi 3 shift. Alasan YMMA memiliki kualitas unggul karena didukung dengan SDM yang memadai (profesional dan terampil) kemudian proses produksi secara internal. Terdapat pula penerapan budaya “Kai Zen” untuk membuat produk menjadi lebih baik, efisien, cepat, dan efektif. Mencakup proses memperbaharui, memodifikasi (cara menjadi lebih mudah dan cepat), sehingga dapat menaikkan keuntungan dan meminimalkan cost/biaya produksi yang diwujudkan dalam bentuk :

  1. Ketepatan waktu
  2. Melakukan senam pagi dan apel pagi
  3. Istirahat tepat waktu
  4. Menjaga kebersihan
  5. Evaluasi oleh manager setiap minggu
  6. Program pelatihan pabrik internal dan eksternal

 

Terkait dengan bidang kehutanan yakni mengenai bahan baku kayu dalam bentuk MDF yang berasal dari New Zealand belum banyak menggunakan produk MDF lokal karena dari segi serat akan lebih menyebabkan /menimbulkan debu yang mengganggu dalam proses finishing. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu karet, pada awalnya menggunakan kayu nyatoh dari hutan alam kemudian karena tersendat bahan baku untuk menjaga kestabilan dan isu lingkungan digunakanlah kayu karet. Untuk membuat produk piano elektrik menggunakan jenis kayu dengan serat panjang untuk aspek keindahan (visual).

Pada proses keliling pabrik, kami tidak diperkenankan untuk mengambil gambar, video, atau dokumentasi dalam bentuk apapun untuk menjaga rahasia perusahaan dan kami tidak diperkenankan pula untuk melakukan komunikasi dengan pekerja pabrik yang sedang melakukan proses pengerjaan produk. Kami hanya melihat bagaimana satu per satu elemen produk dirakit menjadi komponen kemudian menjadi satu unit produk yang utuh dengan penjelasan tambahan dari petugas yang mendampingi. Kami juga melihat betapa disiplinnya pekerja pabrik yang senantiasa memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan pada saat waktu istirahat mereka benar-benar mempergunakannya sebagaimana mestinya sesuai dengan jadwal pengaturan yang telah disediakan berupa penanda (alarm). Pada saat berkeliling kami juga berkesempatan untuk melihat proses quality control yang dilakukan oleh pabrik dimana setiap kontroller melakukan cross check dengan mengambil beberapa sampel untuk diuji apakah sesuai dengan tool yang telah disediakan. Kami juga melihat bahwa sebagian besar pekerja adalah wanita dan memang dibenarkan oleh manager setempat bahwasanya alasan perekrutan terhadap wanita karena mereka memiliki tingkat ketelitian yang tinggi, rajin, dan cenderung patuh terhadap aturan/peraturan yang berlaku.

Leave a Reply

Your email address will not be published.