Hasil Hutan: Inovasi untuk Indonesia

Berkurangnya luas hutan di Indonesia dalam beberapa dekade ini membuat manusia acuh terhadap bidang kehutanan.  Mereka pesimis karena tidak ada lahan pekerjaan untuk mereka, apalagi di bidang hasil hutan yang pasti berkorelasi positif terhadap keadaan hutan di Indonesia. Cara pandang tersebut adalah hambatan bagi seseorang untuk maju, mereka menilai sesuatu dari financial, tanpa berfikir secara keilmuan.

Kamis, 3 Mei 2012 pukul 15.30 Mahasiswa Fakultas Kehutanan berkumpul di Ruang V menghadiri acara TECHNO-SHARE yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Minat Teknologi Hasil Hutan (THH) yang akrab disebut Forestech. Pembicara acara tersebut adalah dua orang alumnus jurusan THH Fakultas Kehutanan yaitu Adityo dan Alan Cabout.

Setelah acara dibuka, diberikan sambutan dari ketua Forestech, kemudian masuk  ke acara inti. Sepertinya para peserta yang didominasi Mahasiswa Kehutanan angkatan 2011 sudah mulai penasaran dengan dua pembicara tersebut. Pembicara pertama yaitu Adityo, dengan penampilan slide yang menarik, satu-persatu inovasi teknologi hasil hutan dipaparkan. Adityo yang selain menempuh studi teknologi hasil hutan juga berlatar belakang seorang arsitek menjelaskan bahwa Hasil Hutan itu harus dipadukan dengan kreatifitas dan teknologi supaya memiliki nilai lebih. Peluang kita sebagai rimbawan adalah menggabungkan apa yang telah kita pelajari dan mengoptimalkan lingkungan sekitar termasuk sumber daya manusia.  Sebagai mahasiswa harus memikirkan cara untuk menaikkan industri kecil menjadi menengah. Kreativitas dengan didukung beberapa aspek yaitu pengetahuan berwirausaha, pengetahuan kehutanan, pengetahuan industri dan pengetahuan memproses hasil hutan maka didapatkan kesatuan yang baik sehingga dapat merubah bahan-bahan tradisional menjadi produk bernilai tinggi.

Adityo telah memenangkan banyak sayembara dan tentunya berkaitan dengan produk olahan hasil hutan. Pada Indocement award 2010 dia mengembangkan Papan Semen Sebagai Alternatif Material Konstruksi dan Bahan Bangunan Ramah Lingkungan. Melihat sempitnya tempat bermain anak dan dengan berbekal pengetahuan yang dia dapat pada perkuliahan, maka dalam event Djarum Black Innovation dia mencoba membuat “Gundu Stadium” dengan bambu laminasi, kejuaraan pun diperolehnya. Inovasi Adityo yang berkaitan dengan pemanfaatan hasil hutan non kayu digabung dengan inovasi arsitektur juga pernah terangkum dalam buku berjudul “33 Rumah Sehat”. Selanjutnya dia juga memanfaatkan limbah batok kelapa yang dipadu dengan kerangka besi menghasilkan kursi yang ramah lingkungan dan bernilai ergonomis. Material papan semen juga dia kembangkan menjadi Batako lignoselulosa. Papan semen sendiri adalah papan tiruan dengan perekat anorganik, jadi kelebihannya tidak ada emisi dengan bahan dasar ini. Dan masih banyak konsep pemanfaatan hasil hutan yang dia kembangkan.

Pembicara kedua yaitu Alan Cabout, dia meyakinkan bahwa sumber daya alam di Indonesia yang melimpah ruah ini di tangan manusia yang kreatif dapat memberikan hasil. Setelah masuk jurusan Teknologi Hasil Hutan pun, kecintaannya pada hobi komputer tidak surut, namun malah dapat mengombinasikannya dalam bentuk karya nyata yang inovatif. Karyanya memenangkan Juara I Chip Intel Modding Atmajaya Jakarta 2011, yaitu ia membuat desain komputer atau PC dengan material bambu dan bentuk yang kreatif. Pendapatnya tentang ide adalah, ide didapat dari mana pun, dan sejelek-jeleknya ide, ia berhak untuk lahir. “Berapapun ide yang kita keluarkan, bagus-tidaknya diperoleh dari seleksi alam. Ide yang lolos seleksi alam ini adalah ide orisinal kita yang paling berkualitas dari ide-ide kita yang lain,” ujarnya.

This entry was posted in Home and tagged .

Leave a Reply

Your email address will not be published.