Keberlangsungan HMM di waktu yang akan datang menjadi pertanyaan besar. Berkaca pada kondisi saat ini, tidak salah jika kekhawatiran ini muncul ke permukaan. Isu besar ini sedang berhembus kencang di tengah aktivitas akademik dan rutinitas mahasiswa di kampus kehutanan tercinta. Isu ini kian lama kian kencang berhembus seraya menjadi keresahan bersama semua pengurus HMM yang tengah bertahta saat ini. Krisis kaderisasi menjadi penyakit bersama yang jawabannya masih menjadi tanda tanya besar.
Krisis kader adalah masalah utama. Hal ini tidak terlepas pada tantangan utama yang tengah dihadapi seluruh civitas akademika Fakultas Kehutanan UGM, yaitu perubahan kurikulum 2006 ke kurikulum 2010. Kurikulum baru hasil reformasi pada 2010 yang santer dikenal dengan General Forestry tersebut membawa tantangan besar pada keberlanjutan segala aktivitas kemahasiswaan, mulai dari studi hingga aktivitas organisasi kemahasiswaan. Efeknya bukan hanya pada kegiatan perkuliahan, tetapi juga merembet kemana-mana. Terlebih kepada organisasi mahasiswa Himpunan Mahasiswa Minat (HMM).
Tidak adanya jurusan (yang sekarang menjadi minat) adalah problem utama macetnya proses kaderisasi di tubuh HMM. Karena tidak adanya jurusan, pendekatan serta bimbingan yang dulunya bisa dilakukan kakak angkatan kepada adik angkatannya tidak dapat dilakukan sekarang. Kini tidak ada interaksi, seakan akan ada jurang yang memisahkan
General Forestry seakan menimbulkan apatisme. Karena bukan merupakan anggota dari jurusan membuat generasi yang bersangkutan menjadi enggan untuk berpartisipasi pada HMM. Padahal, HMM maupun minat adalah tempat mereka di waktu mendatang ketika sudah masuk penjurusan. Tempat dimana mereka akan melanjutkan proses studinya hingga lulus. Apatisme tersebut menjadi problem bersama menyangkut semua aspek tidak hanya HMM. Belum lagi kondisi ini diperparah ketika open recruitmen HMM mahasiswa yang mendaftar diperbolehkan memilih lebih dari 1 HMM, bahkan memilih HMM seluruhnya. Bagi mereka yang memilih lebih dari 1, akan menimbulkan kebingungan di HMM mana mereka akan aktif.
Perlu diketahui, HMM bukan minat. Jadi ketika menyatakan diri untuk masuk pada HMM tertentu bukan berarti harus masuk pada minat yang menaungi HMM yang bersangkutan. Tujuan dari dibentuknya HMM adalah untuk membantu mahasiswa agar lebih paham akan minat masing-masing, dimana kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan HMM selalu berbau keilmuan. Dengan aktif di HMM tertentu, diharapkan agar mahasiswa paham akan karakteristik masing-masing minat. Dengan begitu akan membantu mereka untuk menentukan keputusan minat mana yang harus mereka pilih nantinya. Selain itu, fungsi HMM juga dapat diartikan sebagai sarana untuk melatih kemampuan berorganisasi.
Hingga saat ini memang belum ada jalan keluar dari masalah ini. Keberlangsungan serta eksistensi HMM di waktu mendatang menjadi meragukan ketika kapasitas pengurusnya kurang mumpuni. Melaksanakan open recruitmen HMM lagi mungkin akan menjadi salah satu solusi, dengan ketentuan mahasiswa hanya diperbolehkan memilih 1 HMM saja. Aktif di HMM bukan berarti harus masuk minat, namun justru akan membari banyak manfaat. Solusi ideal memang masih menjadi misteri, HMM kini berada dipersimpangan. Mau dibawa kemana HMM? (Rizky)